Sinergi Membangun Ketahanan Pangan LDII Palangkaraya dengan TNI AD

 

 

Palangkaraya (31/7). Ketahanan pangan menjadi isu penting. Pasalnya dalam masa damai, perang, bahkan di tengah wabah global, setiap negara diharuskan memiliki ketahanan pangan. Hal tersebut menjadi perhatian DPP LDII dan menjadi program kerja dalam Rapat Kerja Nasional LDII pada 2018 lalu. 

DPW LDII Kalimantang Tengah juga mengarahkan fokus perhatian mengenai ketahanan pangan yang menjadi tanggung jawab seluruh elemen bangsa. Untuk itu, LDII di Kalimantan Tengah bekerja sama dengan TNI AD untuk mewujudkan ketahanan pangan. Bertempat di Aula Yonig 631 Korem 102/Panju Panjung, Palangkaraya, Paryono Ketua PC LDII Kecamatan Parenggean diundang oleh Kasiter Korem 102/Panjung Panjung sebagai pemateri dalam kegiatan Pelatihan Pertanian Terpadu Korem 102/PJG TA 2020, yang diadakan sejak 27 -30 Juli 2020.

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut program ketahanan pangan nasional yang telah dicanangkan oleh Presiden Jokowi. Pelatihan dibuka oleh Danrem 102 Panju Panjungn, Brigjen TNI Purwo Sudaryanto, dengan yema “Melalui Pelatihan Pertanian Terpadu Kita Ciptakan Petani Andal untuk Mewujudkan Kemandirian Pangan Nasional”.

Dalam pemaparannya, Paryono menyampaikan seputar teknologi pakan sapi pendukung integrasi sawit-sapi di Kalimantan Tengah. Integrasi ini penting, mengingat luas perkebunan sawit di Kalimantan Tengah mecapai hampir 1,48 juta ha. Selain menghasilkan produk utama berupa buah sawit, banyak bagian dari pohon kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai penunjang berbagai produk bahan baku. Salah satunya dalah dengan memanfaatkan pelepah sawit sebagai pakan ternak.

Paryono juga menyampaikan beberapa latar belakang usahanya mengembangkan pakan ternak dengan metode pencampuran pelepah sawit. Menurutnya, hambatan utama usaha pertanian di Indonesia adalah permasalahan pakan terkait kualitas, kuantitas dan kesinambungan sepanjang tahun. Tingginya persaingan penggunaan tenaga kerja untuk usaha lain dan terbatasnya lahan penanaman Hijauan Makanan Ternak (HMT), menyebabkan keterbatasan pakan untuk sapi potong.

Solusinya, pengembangan sapi potong dengan cara mendekatkan sapi dengan sumber makanan, selaras dengan semakin berkembangnya perkebunan kelapa sawit. Dengan demikian, pakan sapi semakin berlimpah dan tersedia sepanjang tahun seiring pemanfaatan limbah perkebunan dan pabrik kelapa sawit, “Di sekitar Kalteng ini tersedia begitu banyak pohon sawit yang tak terhitung jumlahnya. Pengolahan sawit tentunya menyisakan limbah, nah di sinilah perlu sentuhan inovasi dan kreativitas dalam memanfaatkannya menjadi sesuatu yang berguna, salah satunya untuk pakan ternak,” lanjut Paryono.

Paryono juga menjelaskan tentang pentingnya teknologi untuk pengolahan limbah kelapa sawit tersebut. Tantangan menjadikan limbah sawit sebagai pakan ternak, karena pelepah, daun, batang bertekstur keras, berukuran besar dan mengandung serat kasar yang tinggi. Selain itu terdapat kandungan gizi yang rendah sehingga susah dicerna dan bisa membuat ternak kekurangan nutrisi. Pasalnya solit sawit mengandung kadar air tinggi sehingga mudah rusak dan tidak bisa di simpan lama.

Sementara bungkil inti sawit mengandung cangkang dan bongkahan kasar, yang bila dikeringkan membentuk gumpalan kasar, sehingga perlu dilakukan proses penggilingan. Untuk itu, limbah sawit perlu dicampur dengan berbagai bahan lain agar mencukupi kebutuhan gizi sapi. Selanjutnya Paryono memberikan panduan tata cara pembuatan pakan ternak kepada seluruh peserta pelatihan.

Dalam keseharian, selain menjadi pengurus LDII di PC Parenggean, Paryono juga mengampu kelompok tani di kecamatan tersebut. Kiprahnya sebagai pelopor pemanfaatan limbah sawit untuk pakan ternak, menjadikannya petani teladan dan mendapatkan penghargaan dari Presiden Jokowi. 

 

Oleh: Rully Sapujagad (contributor) / Ludhy Cahyana (editor)

Related posts

Leave a Comment