Malang (2/11). Keberhasilan suatu bangsa, salah satunya melalui peran pemuda dalam mewujudkan toleransi dan kebersamaan. Hal tersebut dinilai, berperan penting untuk memperkuat ukhuwah, maupun mencegah timbulnya konflik antar golongan.
“Kemajuan suatu bangsa, tergantung bagaimana pemudanya bertindak. Keberagaman yang ada, seharusnya tidak menjadi penghalang untuk menjalin persaudaraan,” ujar Ketua DPW LDII Jawa Timur Amrodji Konawi, pada pengajian akbar LDII Kota Malang, dengan tema “Sinergi Pemuda dalam Mewujudkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin”.
Pengajian tersebut diikuti 700-an remaja LDII se-Malang Raya, bertempat di Masjid Roudhotul Jannah, Malang, Sabtu (29/10). Acara tersebut menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang KH. Imam Suprayogo, Ketua PBNU Bidang Keagamaan KH. Ahmad Fahrur Rozi, dan Ketua MUI Kota Batu KH. Nurbani Yusuf.
Amrodji melanjutkan, pemuda harus menjadi pelopor toleransi, dalam perspektif beragama, berbangsa dan bernegara. “Konteks ukhuwah Islamiyah, pemuda saling bersaudara karena sama-sama memeluk Islam. Ukhuwah wathaniyah, pemuda saling bersaudara kerena merupakan bagian dari bangsa yang satu. Kemudian, ukhuwah basyariyah, pemuda saling bersaudara karena merupakan bagian dari umat yang satu, di berbagai penjuru,” pungkasnya.
Menanggapi itu, Ketua PBNU Bidang Keagamaan Ahmad Fahrur Rozi mengungkapkan, acara tersebut mengingatkan momen Hari Sumpah Pemuda. “Artinya semangat kebangsaan itu yang harus terus dirawat. Jangan ada kebencian, jangan ada semangat untuk saling menghabisi atau fanatisme berlebihan. Ini hal-hal yang harus kita kurangi,” jelasnya.
Selanjutnya, ia meminta para pemuda bisa memanfaatkan teknologi informasi dengan baik. Misalnya media sosial, harusnya menjadi sebuah forum komunikasi publik untuk kebaikan. “Sekarang media bisa diakses siapapun. Hal ini bisa kita gunakan untuk berdiskusi dan berdialog tanpa memandang perbedaan atau keyakinannya,” tegasnya.
Memperkuat, Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang KH Imam Suprayogo saat memberi tausiah mengatakan, mempersatukan umat adalah kepentingan bersama dan perintah Allah SWT. Ia mengutip Surat Ali Imran ayat 103 yang menyerukan agar umat berpegang teguh pada talinya Allah (Islam) dan tidak berpecah-belah. “Karena itu, ada kegiatan seperti ini, saya senang diundang generasi muda LDII. Agar ke depan, mereka tidak hanya menunggu, tapi juga berjuang bagaimana ukhuwah Islamiyah bisa terlaksana,” katanya.
Di tengah pekerjaan berat itu, Imam tetap optimis bangsa Indonesia bisa melaksanakan ukhuwah Islamiyah dengan berpegang teguh pada Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan Pancasila. Ia berpesan, generasi muda agar tidak mudah termakan dengan hoax atau berita bohong yang menyebabkan konflik. “Nah, teman-teman LDII ini mengajak bagaimana kita bersatu, ini bukan pekerjaan yang kecil, tetapi pekerjaan besar,” paparnya.
Senada, Ketua MUI Kota Batu KH Nurbani Yusuf mengatakan, setiap ormas Islam memiliki ciri khas masing-masing. Persoalan ikhtilaf bukan berarti menafikkan fiqh. “Fiqh penting, tetapi fiqh oriented kemudian menjadi identitas, ini yang menjadi persoalan. Berbahaya kalau fiqh menjadi sebuah identitas golongan, bukan identitas Islam. Umat Islam harus berbenah dan terbuka. Setiap golongan tidak bisa mengatakan pihaknya yang paling benar,” ujar KH. Nurbani. (kim)