Dalam sejarah Islam, dua perang besar pertama antara kaum Muslimin dengan kaum kafir Makkah adalah perang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadan 2H (13 Maret 624 M) dan perang Uhud setahun kemudian pada tanggal 7 Syawal 3H (22 Maret 625 M). Baik Badar maupun Uhud, keduanya berlokasi di sekitaran Madinah.
Pada perang Badar, Muslim menang besar padahal jumlah musuh 3 kali lipat. Pada perang Uhud, sebaliknya, walaupun jumlah musuh 4 kali lipat diluar tentara berkuda, kemenangan sebetulnya sudah di depan mata, tetapi karena ada sekelompok pasukan pemanah yang tidak taat, akhirnya Muslim kalah.
Beberapa saat setelah usai perang Uhud, Abu Sofyan menantang Nabi dan pasukan Muslim untuk ketemu kembali di Badar. Padahal waktu itu pasukan Muslim baru saja mengalami kekalahan. Banyak syuhada yg terbunuh, dan banyak yang terluka dan belum pulih dari lukanya. Meskipun kondisi sedang dalam keadaan seperti itu, pasukan Muslim tetap taat kepada Nabi dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Badar.
Pada saat itulah, ada seorang kafir Makkah yang bernama Nu’aim ibu Mas’ud al Asja’i mengatakan kalimat untuk menakut-nakuti kaum Muslimin. Ucapannya diabadikan di dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 173: ”innanaasa qod jama’uu lakum” – sesungguhnya manusia telah berkumpul menunggu kalian; “fakhsyauhum” – maka takutlah kamu sekalian!
Ditakut-takuti seperti itu, apakah kaum Muslimin menjadi takut? Tidak sama sekali. Justru “fazaadahum iimaanan” – ucapan yang menakut-nakuti itu malah menambah keimanannya kaum Muslimin, dan berkata mereka: “hasbunallohu wa ni’mal wakil” – Allah yang akan mencukupi kepada kami dan Alloh adalah sebaik-baiknya Dzat yang diserahi.
***
Pada saat ada ancaman yang menghendaki keburukan menimpa kepada orang iman, berhati tegar dan dengan keimanan meningkat seperti itulah seharusnya orang iman bersikap. Tidak lantas mengkeret. Tidak menciut. Tidak ada takut. Tidak merasa inferior.
Bentuk ancaman masa kini tentu tidak sampai seperti zaman Nabi dulu, yang berujung ke ancaman fisik bahkan nyawa, misalnya dengan berperang. Berbagai bentuk ancaman masa kini tidak lebih dari difitnah, diadu-domba, direkayasa, diputar-balik, diada-ada, diungkit-ungkit, dituduh ini dan dituduh itu.
Ancaman-ancaman itu justru sebagai bukti bahwa orang iman, sebagaimana juga orang-orang terdahulu, akan dicoba melalui perasaan-perasaan bahaya (alba-saa), kemadlorotan (addlorro), gonjang-ganjing (azzulziluu).
Untuk menghadapi ancaman-ancaman itu, ucapkan saja kalimat penyemangat yang ada dalam Al-Quran, yang oleh seniman Muslim masa lalu, entah siapa namanya, dibuat kaligrafi yang indah, yang bisa dilihat dan dipelajari cara membacanya di video berikut ini (klik pada gambar berikut):
Kalau sudah ada kalimat penangkal ancaman yang diucapkan kaum Muslimin sohabat Nabi dulu yang membesarkan hati dan meningkatkan keimanan, dan tertulis pula di dalam Al-Quran, selain banyak lagi do’a-do’a makbul untuk menghadapi 1001 ancaman manusia, apa lagi yang harus ditakutkan?