Oleh: Thonang Effendi*)
Jakarta adalah kota yang terus berdenyut, dengan ambisi besar untuk menjadi kota global. Di balik gemerlapnya gedung pencakar langit dan hiruk-pikuk aktivitas ekonomi, ibu kota Indonesia yang nantinya menyandang nama Daerah Khusus ini berjuang menghadapi sejumlah tantangan besar. Kemacetan, polusi udara, dan ketimpangan sosial masih menjadi persoalan utama. Dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa dan status sebagai pusat ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Jakarta memiliki potensi luar biasa untuk menjadi kota global.
Jakarta sekarang ini nomor 74 dari 156 indeks kota global yang dikeluarkan oleh Kearney. Seperti yang diungkapkan Pramono Anung, Gubernur terpilih Daerah Khusus Jakarta, bahwa bahwa dalam kepemimpinannya selama lima tahun, Jakarta akan menempati peringkat 50 dari 156 dalam indeks kota global. Hal penting dalam hal ini yaitu sumber daya manusia menempati 30 persen sebagai indikator yang menentukan peringkat kota global mengacu pada versi indeks kota global oleh lembaga Kearney. Jakarta, sebagai kota yang beralih dari ibu kota negara menuju kota bisnis global, memerlukan pemuda dengan karakter dan kemampuan yang mumpuni untuk membawa kota ini ke panggung dunia.
Jakarta Menuju Kota Global
Daya tarik Jakarta sebagai pusat ekonomi kawasan Asia Tenggara tak bisa dibantah. Mengutip laporan dari Bank Indonesia, Jakarta menargetkan pendapatan per kapita mencapai USD 86.000 dalam waktu dekat, menjadikannya salah satu kota dengan potensi ekonomi terbesar di kawasan ini. Namun, untuk mencapai status kota global sejati, Jakarta harus mengatasi berbagai tantangan.
Masalah infrastruktur yang terfragmentasi, kemacetan yang parah, serta polusi udara yang menembus batas aman adalah beberapa isu yang harus diselesaikan untuk mewujudkan visi tersebut. Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKJ Jakarta menunjukkan bahwa lebih dari 50% wilayah Jakarta terpapar polusi udara yang melebihi batas aman, yang berdampak langsung pada kesehatan masyarakat dan kualitas hidup.
Lebih jauh lagi, Jakarta masih berjuang untuk mengembangkan sistem transportasi massal yang terintegrasi. Meskipun proyek Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT) sudah berjalan, sistem transportasi publik yang efisien masih jauh dari kata memadai untuk mengatasi kebutuhan 10 juta lebih penduduk yang setiap harinya terjebak kemacetan.
Harapan masih ada. Jika kota ini dapat mengoptimalkan kekuatan manusia sebagai aset terbesar, dan jika generasi mudanya diberdayakan dengan kemampuan dan karakter yang tepat, Jakarta memiliki peluang besar untuk menanggalkan predikat kota yang tertinggal dan bertransformasi menjadi kota global.
Peran Pemuda dalam Pembangunan Jakarta
Pemuda Jakarta, dengan semangat dan ide segar mereka, adalah kunci utama dalam mewujudkan transformasi tersebut. Dalam konteks ini, generasi muda bukan hanya dituntut untuk menjadi pekerja yang terampil, tetapi juga pemimpin yang mampu menghadapi tantangan besar dan membentuk arah masa depan.
Seperti yang disampaikan oleh Khoirudin, Ketua DPRD DKI Jakarta, “Pemuda Jakarta harus siap untuk berkompetisi di panggung global, dengan membawa keterampilan dan sikap yang tangguh.” Pemuda harus memiliki bekal pengetahuan yang luas, keterampilan teknis, serta karakter yang mengedepankan kerja sama dan integritas. Pemerintah, sektor swasta, dan dunia pendidikan harus bersinergi untuk menciptakan program yang dapat memberdayakan pemuda melalui pendidikan berbasis teknologi, kepemimpinan, dan kewirausahaan.
Di antara program yang patut dicontoh adalah program inkubasi startup yang tengah berkembang pesat di Jakarta. Menurut data dari Asosiasi Start-Up Indonesia (ASI), Jakarta merupakan rumah bagi lebih dari 70% startup di Indonesia, yang sebagian besar dijalankan oleh pemuda yang inovatif dan penuh semangat. Ini menunjukkan bahwa dengan dukungan yang tepat, pemuda Jakarta dapat menjadi motor penggerak perubahan yang mendunia.
Namun, keterampilan teknis dan inovasi saja tidak cukup. Pemuda Jakarta perlu memiliki karakter yang kuat—sesuatu yang hanya bisa dibangun melalui nilai-nilai luhur yang terus dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari.
Membumikan 29 Karakter Luhur
Di sinilah 29 karakter luhur menjadi sangat relevan. Karakter-karakter seperti kejujuran, amanah, kerjasama, dan rasa hormat adalah modal sosial yang tak ternilai. 29 karakter luhur yang terbagi dalam beberapa pilar: Tri Sukses, 4 Tali Keimanan, 6 Thobiat Luhur, 3 Prinsip Kerja (Bener, Kurup, Janji), 4 Roda Berputar, 5 Syarat Kerukunan, dan 4 Ma Qodirulloh bukan sekadar nilai yang diajarkan di sekolah atau di rumah, tetapi merupakan dasar yang akan memandu pemuda dalam menghadapi tantangan di dunia kerja dan kehidupan sosial.
Sebagai contoh, prinsip “Bener Kurup Janji”, yang menekankan kualitas kerja yang sesuai dengan standar dan kejujuran dalam memenuhi janji, sangat relevan dalam dunia profesional yang semakin kompetitif. Karakter rukun, kompak, dan kerja sama yang baik menjadi aspek yang tak terpisahkan dalam menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan produktif. Selain itu, nilai bersyukur dan sabar akan membantu pemuda Jakarta tetap teguh dan resilient menghadapi tantangan besar.
Menurut pakar psikologi, Dr. Siti Maimunah, “Karakter-karakter luhur ini membentuk fondasi moral yang kokoh, yang pada gilirannya menciptakan generasi yang tidak hanya mampu bersaing secara teknis, tetapi juga memiliki integritas tinggi.” Karakter-karakter ini, jika diterapkan secara konsisten, akan membentuk pemuda Jakarta menjadi individu yang mampu bekerja dalam tim internasional dan bertindak sebagai agen perubahan yang memiliki dampak positif di masyarakat.
Harapan Ke Depan
Melihat tantangan dan potensi yang ada, harapan terbesar bagi Jakarta sebagai kota global terletak pada pemuda yang berkarakter dan berkompetensi tinggi. Generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berintegritas, bekerja sama, dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
Dengan memanfaatkan semangat dan kreativitas pemuda serta membumikan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari, Jakarta dapat mewujudkan ambisinya untuk menjadi kota yang berdaya saing, inklusif, dan berkelanjutan. Pemuda Jakarta, yang kini tengah mempersiapkan diri melalui pendidikan dan program pelatihan, akan menjadi tonggak utama dalam menciptakan masa depan yang lebih baik—bukan hanya untuk Jakarta, tetapi juga untuk dunia.
Dengan harapan ini, kita menatap masa depan Jakarta sebagai kota global yang tak hanya diakui karena kemodernannya, tetapi juga karena kekuatan moral dan karakter dari setiap generasi mudanya.
Referensi
Media Indonesia, “Jakarta menuju pusat perekonomian global”, 2024.
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, “Laporan Polusi Udara di Jakarta”, 2024.
Asosiasi Start-Up Indonesia (ASI), “Inkubasi Startup di Jakarta: Potensi dan Tantangan”, 2024.
Dr. Siti Maimunah, “Peran Karakter dalam Membangun Generasi Profesional”, 2024.
Tempo, “Pramono Anung Ingin Tingkatkan Peringkat Indeks Kota Global Jakarta”, 2024
Dept. PUP DPP LDII, “Pentingnya 29 Karakter Luhur sebagai Dasar Pembentukan Pribadi” ,2024
*) Penulis:
Thonang Effendi
Ketua Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII.
Wakil Ketua DPW LDII Provinsi DKJ Jakarta
Pemerhati dan praktisi pendidikan karakter untuk generus bangsa.