Jakarta – Ramadhan akan segera berakhir berganti Syawal. Untuk sebagian umat Islam hal tersebut menjadi sebuah kesedihan sekaligus kegembiraan. Namun menghadiri i’tikaf 10 malam terakhir Ramadhan, adalah kesemangatan tersendiri bagi kita yang mengharapkan keutamaan pahala layaknya pahala 1000 bulan. Hal tersebut yang terlihat pada kegiatan I’tikaf Malam ke-27 warga LDII bersama santri Pondok Pesantren Al Muflihun serta warga sekitar di Masjid Al Muflihun Jakarta, Senin [17/04].
Terasa istimewa karena jama’ah Masjid Al Muflihun yang i’tikaf malam itu, kembali dikunjungi Ketum MUI Kota Jakarta Pusat KH. Robi Fadil untuk memberikan nasihat agama [tausiah]. Tahun-tahun sebelumnya termasuk 2022, beliau juga hadir dalam malam i’tikaf walau tidak sama di malam ke-27. Namun kesan semangat, khusyu dan khidmat ibadah jamaah i’tikaf tetap dirasakan oleh Ketum MUI yang tinggal di bilangan Paseban Jakarta Pusat tersebut.
Jajaran Pengurus DPD LDII Jakarta Pusat sebagai pelaksana kegiatan bersama Pembina dan Pengurus DKM Masjid juga Pondok Pesantren Al Muflihun, hadir bersama-sama Wanhat DPD LDII Jakarta Pusat, Ketua PC dan PAC di wilayah Jakarta Pusat. Jamaah i’tikaf yang hadir tidak hanya didominasi oleh orang tua tetapi remaja hingga anak-anak perempuan dan laki-laki. Kegiatan i’tikaf diisi dengan Tadarus Quran kemudian sambutan oleh KH. Suherman Abdullah Pembina Ponpes sekaligus Perwakilan DKM Masjid Al Muflihun. Baru setelahnya tausiah [nasihat agama] Ketum MUI Jakarta Pusat sebagai bagian acara utama.
Dalam tausiah-nya KH. Robi Fadil mengingatkan pentingnya menumbuh kembangkan empati umat Islam sebagai wujud dari kasih sayang yang dimiliki. Bahkan dicontohkan dengan mengangkat cerita seorang ulama ahli hadits dan sufi Abdullah bin Mubarok komunikasi dengan Bahrom dari Kaum Majusi. Inti cerita, kebaikan seseorang dalam ber-empati memberikan kasih sayang kepada orang lain sehingga menghilangkan kesulitan orang lain bisa mendatangkan ridho dari Allah SWT. “Bulan Ramadhan adalah momentum yang bisa mengajarkan kita dalam menumbuh kembangkan empati dari rasa kasih sayang meniru sifat Allah Ar Rahman. Dengan empati, baik terhadap sesama umat muslim serta lainnya, kita bisa membawa Islam menjadi Islam yang lebih “rahmatan lil ‘alamin”, jelasnya. [mufiqs]