Jakarta – PC Kebayoran Baru mengadakan pengajian Sarah Asmaul Husna dengan mengundang Drs. H. Abu Choiri, Ph.D selaku Pengurus MUI Kota Administrasi Jakarta Selatan, H. Noor Rohmat selaku Pengurus DPD LDII Kota Administrasi Jakarta Selatan, Komjend. Polisi (Purn) Drs.H.Nurfaizi. MM selaku Pembina Masjid Baitul Muiz, K.H Ghozali Mushonnif selaku Ketua MUI Kecamatan Kebayoran Baru. Acara diselenggarakan di Masjid Baitul Muiz, Jalan Mpu Sendok, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (26/5).
“Untuk pengajian kali ini dikemas berbeda dari pengajian sebelumnya. Pengurus LDII mengajak semua elemen masyarakat untuk bersatu padu mengadapi tantangan yang lebih besar di waktu yang akan datang, terutama terkait tentang dakwah di Indonesia,” tutur mantan duta besar Indonesia untuk Mesir, Komjend Pol (Purn) Drs Nurfaizi, dalam sambutannya. “Walaupun ada perbedaan panduan beribadah antar umat Islam, tapi tidak menimbulkan permusuhan satu sama lain, selama dia masih shalat menghadap kiblat Makkah, maka dia termasuk seorang muslim, karena Islam itu Rahmatan lil Alamin,” imbuhnya.

Menurut Ketua PC LDII Kebayoran Baru, H.M Chaeruddin, kegiatan ini merupakan agenda rutin setiap bulan. Dengan adanya kunjungan kerja Pengurus MUI Kota Administrasi Jakarta Selatan di PC LDII Kebayoran Baru, membuat acara pengajian kali ini berbeda dari biasanya. Sebab ini merupakan waktu yang tepat untuk mempererat silaturahim antar Pengurus MUI dengan Pengurus Organisasi LDII.

Sementara itu, Ketua MUI Kecamatan Kebayoran Baru, K.H Ghozali Mushonnif dalam sambutannya mengatakan bahwa manusia diciptakan oleh Allah untuk menikmati segala kebesaran Allah di muka bumi, untuk itu kita perlu menyikapi rasa kesyukuran kita dengan lebih arif dan bijaksana. “Kedua, kita juga diberikan nikmat oleh Allah dilahirkan oleh orangtua kita dalam keadaan beriman,” tambah Ghozali.

Pengurus MUI Kota Administrasi Jakarta Selatan, Drs Abu Choiri, Ph.D mengungkapkan kegelisahannya akhir-akhir ini karena telah banyak berkembang pemahaman pos modelisme yang ingin merubah tatanan modernis Islam. Belakangan ini di Indonesia banyak aliran-aliran berat yang bersifat seperti itu. Kita adalah umat pertengahan, umat penuh keadilan. “Umat wasatho’ mengusung ‘keadilan’, menempatkan sesuatu pada tempatnya, bertoleransi antar komunitas lainnya” tuturnya.
“Kami harapkan warga LDII tidak mengarah pada aliran-aliran tersebut. Kami telah berkunjung ke Pondok Pesantren Wali Barokah, Burengan, Kediri dan berdiskusi dengan Pengurus LDII disana. Pengurus LDII disana mengatakan bahwa isu miring yang telah tersebar di masyarakat itu tidak benar. Mereka juga menitipkan amanat kepada saya, jika ada warga komunitas LDII yang menyimpang dimohon untuk dibina dan diarahkan,” imbuh Abu Choiri. [wicak/ucup/e/lines_dki]